Jakarta, Inspirasimakassar.com:
Pesatnya perkembangan industri sawit nasional menjadikannya primadona ekspor Indonesia dan menjadi penyumbang devisa terbesar ditambah lagi sektor ini mampu menyerap tenaga kerja, meningkatkan kesejahteraan petani serta mampu mendukung terhadap pembangunan daerah, rupanya masih menyimpan tantangan yang mesti dihadapi.

Masifnya kampanye kerusakan lingkungan, hancurnya biodiversitas dan pelanggaran HAM, yang dilakukan oleh kelompok tertentu. Belum lagi sertifikasi yang dilakukan oleh pemerintah belum cukup mampu dilirik dunia internasional, membutuhkan strategi yang matang agar pengembangan industri sawit yang berkelanjutan mempunyai positioning dan image yang baik di dunia internasional.

Oleh karena itu, Sekjen Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor (HA IPB), Nelly Oswini, mengatakan Alumni IPB mempunyai peran mendorong pemerintah dan seluruh stakeholder melalui gagasan-gagasan untuk kedaulatan regulasi kelapa sawit indonesia.

“Alumni IPB mempunyai banyak pakar yang kompeten, sehingga melalui Seminar “Strategi Memperkuat Positioning dan Image Industri Sawit Indonesia di Dunia Internasional” hari ini (6/12) diharapkan akan memunculkan konsep strategi yang arahnya menguatkan pemerintah untuk mengembangkan industri kelapa sawit nasional agar semakin diakui di dunia,” papar Nelly.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2015 industri kelapa sawit Indonesia menghasilkan devisa USD 18,6 miliar atau sekitar Rp 250 triliun yang dihasilkan dari luas area perkebunan 11,3 juta hektar dan kapasitas produksi 31,2 juta ton crude palm oil (CPO). Devisa tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan devisa hasil ekspor migas. Hal tersebut menandakan bahwa kelapa sawit merupakan industri yang strategis dalam menopang perekonomian Indonesia. (Andi Irman:humas alumni IPB)ipb

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here