Ahmad Faisal
Ahmad Faisal

Uang kertas-koin kuno, memiliki keunikan, baik dari desain maupun gambar-gambarnya yang punya nilai artistik. Ada gambar bunga, binatang, maupun tokoh pahlawan. Rasanya, ada sensasi tersendiri. Berbagai kalangan pun tertarik mengoleksi uang kadaluarsa ini. Ada pelajar. Ada pula karyawan, hingga pejabat turut serta dalam hobi unik ini. Mengapa? Karena didorong mendapat kepuasan yang tak bernilai. Karenanya, pehobi Numismatik ini malah memburunya hingga ke luar negeri.
Istilah filatel-kegiatan mengumpulkan benda-benda pos, terutama prangko mungkin sudah akrab di telinga. Sebaliknya numismatik (kegiatan mengumpulkan mata uang, termasuk uang kertas, koin, dan benda-benda terkait lainnya yang kadaluarsa, atau kuno) boleh jadi masih terasa asing. Istilah itu jarang terdengar atau dibicarakan, meski sebenarnya bukan ”barang” baru.
Koleksi numismatik kemudian menjadi unik. Karena, mata uang merupakan produk resmi yang dikeluarkan pemerintah, sekaligus juga merupakan salah satu jati diri negara berdaulat. Bahkan, di mata peneliti, mata uang merupakan artefak bertanggal mutlak, karena mampu menjelaskan perjalanan sejarah bangsa secara kronologis.
Sekalipun demikian, di Indonesia, hobi numismatik belum berkembang maksimal, karena berbagai kendala. Salah satunya, sulit ditemukan. Bahkan, tidak ada gerai yang menjajakannya, seperti di luar negeri.
Ahmad Faisal misalnya. Warga Kompleks Perumnas Antang, Jalan Lasuloro Raya Blok IV/252 Makassar ini, mengaku, tertarik dengan uang kuno sejak SMP. Namun, dia mulai menjadikannya sebagai hobi saat duduk dibangku STM. Kini dia memiliki ribuan koleksi uang kuno, baik kertas maupun koin. Dia bahkan mengoleksi perangko tahun pertama, surat kabar tahun pertama, badik dan alat-alat pernikahan kuno lainnya.
Bagi Ahmad Faisal, sekalipun kuno, bukan berarti uang masa lalu tidak memiliki nilai. Justru di tangan segelintir orang, uang ini berharga lebih tinggi daripada nilai nominalnya. Namun sebagian orang, termasuk dirinya mengumpulkannya, hanya karena hobi. Bahkan, memberi kepuasan. Disisi lain, dengan menggeluti numismatik, ada beberapa manfaat yang bakal didapatkan. Misalnya, pengetahuan, bertambahnya teman, sekaligus kesenangan, kenikmatan, dan keindahannya.
Bagi Penanggungjawab Bosowa Sport Indonesia ini, uang kertas kuno memiliki nilai artistik, estetika, dan ringan sehingga mengundang pesona yang melihatnya. Berdasarkan fungsinya, kedua jenis mata uang diklasifikasikan lagi menjadi tiga bagian. Pertama, mata uang yang sudah ditarik dari peredaran dan tidak berlaku lagi sebagai alat pembayaran yang sah. Contohnya, uang ORI (1945), seri Soekarno (1960) dan seri Dwikora atau Sukarelawan (1964). Dan masih banyak lagi mata uang tahun dibawahnya.
Negara asal mata uang pun harus dipilih secara konsisten. Untuk itu, ayah dua orang anak masing-masing Nabila (mahasiswa Poltek Bosowa) dan Madina (SD kelas V) yang lahir di Makassar, 11 September 1966 ini mengakui dirinya mengoleksi mata-mata uang yang pernah beredar di Indonesia. Dengan begitu, dia telah ikut berperan melestarikan benda budaya bangsa sendiri.
Hanya saja, suami dari Dahlia Arman,SH ini, salah satu kendala perkembangan numismatik di Indonesia, karena menganggap hobi ini mahal. Apalagi, kurangnya gerai yang mengkhususkan penjualan mata uang kuno. Meskipun demikian, masih cukup banyak mata uang yang berharga murah dan terjangkau remaja dan pemula yang ingin menggeluti numismatik.
Selain mengumpulkan mata uang kuno Indonesia, anak kedua dari enam bersaudara pasangan Baharuddin dan Raniah (Alm) dan pernah sekolah Jetski di Amerika ini mengumpulkan mata uang luar negeri. Diantaranya, Korea, Rusia, Cina, Belanda, Hongkong, Saudi Arabia, Afrika, Yuro, dan masih lagi.
“Jadi selain saya membeli diloakan, ada juga diberikan teman. Termasuk saya mendapataknya melalui barter. Saya juga membeli uang kuno di Singapura, Malaysia, dan Amerika,” tutur juara 2 peserta Frontmant ( service advisor contest seluruh dealer mitsubhisi di Indoneia) ini di ruag kerjanya Bosowa Sport Indonesia, Jalan AP Pettarani Makassar, pertengahan Pebruari 2016.
Khusus di Makassar, dirinya belum mengetahui persis jumlah Numismatik. Hanya saja, bersama Sirman Mattono,SH (dosen Fakultas Hukum Unhas) dan rekan-rekannya merencanakan membentuk komunitas Numismatik di Makassar.
Dilihat dari motivasi dasar lingkungan dan hobi, umumnya tujuan menggeluti numismatik adalah kesenangan dan kenikmatan. Koleksi yang dibuat semata-mata ingin agar bisa dinikmati keindahannya. Dengan menikmati keindahan, misalnya menyimak lembar dan keping mata uang, secara tidak langsung kita dapat menimba ilmu, apa yang tersurat dan tersirat di dalamnya. (din)

BAGIKAN
Berita sebelumyaDiskominfo Makassar Perkenalkan Aplikasi “ SOROT “
Berita berikutnyaPulau-pulau di Takalar Menyimpan Keanakeragaman Hayati yang Unik
Wartawan kriminal dan politik harian Pedoman Rakyat Ujungpandang dan sejumlah harian di Kota Daeng Makassar, seperti Ujungpandang Ekspres (grup Fajar) dan Tempo. Saat ini menjadi pemimpin umum, pemimpin perusahaan, dan penanggungjawab majalah Inspirasi dan Website Inspirasimakassar.com. Sarjana pertanian yang juga Ketua Umum Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Al-Gazali--kini Universitas Islam Makassar ini menyelesaikan pendidikan SD di tanah kelahirannya Siri Sori Islam Saparua, SMP Negeri 2 Ambon, dan SPP-SPMA Negeri Ambon. Aktif di sejumlah organisasi baik intra maupun ekstra kampus. Di organisasi kedaerahan, bungsu dari tujuh bersaudara pasangan H Yahya Pattisahusiwa dan Hj.Saadia Tuhepaly ini beristrikan Ama Kaplale,SPT,MM dan memiliki dua orang anak masing-masing Syasa Diarani Yahma Pattisahusiwa dan Muh Fauzan Fahriyah Pattisahusiwa. Pernah diamanahkan sebagai Ketua Ikatan Pemuda Pelajar Siri Sori Islam (IPPSSI) Makassar. Kini, Humas Kerukunan Warga Islam Maluku (KWIM) Pusat Makassar dan Wakil Sekjen Kerukunan Keluarga Maluku (KKM) Makassar.

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here