Site icon Inspirasi Makassar

Adwi Awan Umar, Belajar Memimpin dari Palaguna

Pengalaman mengawal HZB Palaguna, saat menjabat Gubernur Sulawesi Selatan dijadikan panutan. Didikan gubernur dua periode 1993-2003 itu, kini membawanya meraih prestasi. Sekretaris Dewan (Sekwan) DPRD Kota Makassar. Sekalipun demikian, jabatan itu tidak menjadikan berbangga diri. “To biasai’ya mo,” ujarnya. Tetapi disaat harus tegas, dia menggunakan semboyan Ewako, dengan mengedepankan siri na pacce. Dialah Drs.Adwi Awan Umar,M.Si.

Pria kelahiran Bantaeng, 10 September 1964 ini, satu dari 91 pejabat eselon di kabinet Moh Ramdhan Pomanto-Syamsu Rizal. Dia menggantikan Marimin Tahir yang kini Kadis Perhubungan Kota Makassar. Kepercayaan dan amanah yang diberikan kepada bungsu dari lima bersaudara ini sebagai Sekwan bukan karena suka atau tidak. Melainkan, melalui proses lelang jabatan.

Soal kerja-kerja Sekwan, Adwi, sapaan akrab suami Dr.Ir.Heliawaty,Msi ini mengakui tidak ada kegelisahan. Tidak pula menemui hambatan. Sebab, dia bukan orang baru di Sekretariat DPRD., melainkan berposes dari bawah. Kasubag Humas dan Kabag Umum.

Karena memiliki banyak pengalaman, sehingga Adwi tidak sekadar sedang mencoba menjalankan amanah sebagai Sekwan. Juga tidak mencari-cari bagaimana memulai, atau membangun hubungan dengan mitra, termasuk dengan pimpinan dan para legislator. Melainkan langsung tancap gas, menjalankan roda organisasi sesuai koridor dan aturan.

Dia meyakini, kesuksesan seorang pemimpin tidak bisa dilakukan seorang diri. Melainkan melibatkan jajaran dibawahnya. Karena itu, dia tidak sekadar memimpin, melainkan selalu membuka diri untuk menerima masukan dari bawahan.

Apalagi, Adwi tahu persis bahwa seorang pemimpin harus memiliki kompetensi intelektual, manajerial kompetensi, kompetensi moral, teknical kompetensi, serta sosial kompetensi. Selanjutnya, langkah-langkah menjadi pemimpin yang sukses adalah menata diri sendiri, bersahabat dengan semua orang, bersedia menerima kritik. Dia juga mengetahui, menciptakan suasana kerja yang harmonis.

Sekalipun demikian, salah satu titik tekan kesuksasan yang ditekankan kepada bawahannya adalah, tidak boleh menunda-nunda pekerjaan. Jika ditemukan masalah, langsung mencari jalan keluarnya. Dan, jika harus mengambil keputusan penting, maka proses pengambilan keputusan itu harus mempertimbangkan sebab akibat.

Adwi paham betul tugas ke-sekwan-an yang menjadi tupoksinya. Selain menyelenggarakan administrasi kesekretariatan, administrasi keuangan, juga pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD.

Dibagian lain, ayah dua orang anak ini mengaku saat menjalani lelang jabatan dia menyampaikan visi, mewujudkan Sekretariat DPRD Makassar yang profesional dan akuntabel. Sedangkan misi adalah meningkatkan kualitas, kompetensi, dan profesionalisme SDM yang menguasai IPTEK dan bermuatan IMTAQ. Meningkatakan kualitas pelayanan administrasi, kualitas sarana dan prasarana sekretariat.

Menyangkut strategi, Adwi memfasilitas dalam upaya meningkatkan kapasitas DPRD dalam menghasilkan Perda Inisiatif, memberikan dukungan dalam mengoptimalkan peran alat kelengkapan DPRD untuk melaksanakan tupoksi antara lain legislasi, anggaran, dan pengawasan. Termasuk mendukung dan memfasilitasi kegiatan dewan dan persidangan, kehumasan, protokol, dan kepustakaan.

Agar visi dan misi tercapai, Adwi mengharapkan segenap jajaran sekertariat memiliki kemampuan adminsitrative, kemampuan managerial, kemampuan bersinergi, teknik berkomunikasi yang baik, etos kerja, disipilin dan integritas.

Adwi pernah kuliah di Institute Kesenian Jakarta (IKJ). Hanya setahun di sana, dia kembali ke Makassar dan memilih kuliah di Program Pertambangan di Universitas Veteran (UVRI). Tetapi, tidak selesai. Dia pindah ke Sospol, juga di UVRI. Setelah tamat di UVRI, melanjutkan study asca sarjana di Unhas, Program Community Developmen (pemberdayaan masyarakat), kerjasama Unhas-JICA, dan Pemprov Sulsel pada tahun 2000-2003.

Masuk PNS tahun 1996. Saat itu, semua pegawai yang dinyatakan lolos di Pemprov Sulsel ditempatkan di berbagai daerah. Adwi mendapat tugas di Pemkab Sinjai. Memasuki dua tahun, ibunya yang bertugas sebagai guru bertemu gubernur Palaguna, sekaligus mengajukan permintaan kiranya memindahkan Adwi ke Makassar. Bagai gayung bersambut. Palaguna akhirnya menempatkannya sebagai ajudannya.

“Saya banyak belajar mengenal karakter pemimpin saat mengambil keputusan. Saya belajar etika, belajar citra, dan belajar banyak hal dari pak Palaguna. Petuah-petuahnya memacu saya menggapai sukses di kemudian hari. Saya juga banyak menerima kritik. Karena saya meyakini, kritik itu sebagai guru paling berharga,” ujarnya kepada Inspirasi di kediaman pribadinya, Jalan Hertasning VI, awal Maret.

Diakhir pertemuan singkat itu, Adwi juga mengurai masa kecilnya. Cita-citanya saat itu ingin menjadi pemain band terkenal. Buktinya, baru berumur 5 tahun, dia sudah dimanjakan dengan elekton dirumah. Adwi kemudian mengimplimentasikan bakat yang diturunkan orang tuanya melalui karya-karya seni.

Saat duduk dikelas 6 SD , bersama 20 rekannya mengikuti lomba bina musika tahun 1977 di Taman Ismail Marzuki Jakarta. Karena masuk dalam 3 besar bersama perwakilan dari Jakarta dan Jawa Barat, mengantar mereka ke Istana Presiden.

Semasa di SMA, Adwi pernah bersama sejumlah rekannya juga membentuk dan memprakarsai   musik dapur. Alat-alat yang digunakan mulai dari ember, wajan, sendok, panci, diiringi gitar dan bas. Mereka bahkan, pernah mendapat undangan resmi main di panggung. (din)

 

Exit mobile version