Potensi Wisata bahari di pulau Sulawesi begitu mempesona. Pasalnya, pulau berbentuk hurup K ini berada di pesisir yang selalu identik dengan sektor pariwisata. Pantai Kilo 5 di Luwuk salah satunya. Pesona wisata di jantung kota berjuluk “Berair”, sebutan untuk kota yang Bersih, Aman, Indah, dan Rapi ini demikian mempesona dan penuh romantisme.
Pasirnya putih, lautnya membiru, seakan membawa pengunjung ke pantai Hawai. Mulai anak-anak, dewasa, hingga orang tua ingin berlama-lama menikmati keindahan pantai yang terletak di sepanjang bibir Jalan Moh Hatta ini. Sekali waktu cobalah Anda berkunjung kesana untuk menyaksikan dengan mata kepala sendiri!!
Di pantai ini pula, pengunjung bisa melihat perairan yang teduh. Keindahan alam bawah laut dihiasi terumbu karang yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Dari kejauhan, terlihat pulau Banggai dengan sejuta pesona alamnya. Sedangkan dari perairan yang membelah Luwuk dan Banggai terlihat sejumlah kapal besar dan kecil, Ferry, dan sejumlah perahu nelayan berlalu lalang.
Tak kalah pentingnya, kuliner yang disajikan pramusaji, membuat lidah, enggan berhenti mencicipinya. Misalnya pisang goreng, ubi goreng nasi kuning, kopi, dan berbagai kuliner khas dengan harga terjangkau, turut memberi makna pentingnya berlama-lama disini.
Try Anugrah, warga Luwuk kepada Zulkarnain Sanaky dan penulis, pengunjung dari Makassar, Sulawesi Selatan mengemukakan, bagi pendatang, terasa tidaklah sempurna jika tidak menyempatkan diri melihat pantai ini. Apalagi, dari Bandar Udara Syukran Aminuddin Amir, hanya membutuhkan waktu 15 menit dengan mengenderai mobil.
Pantai ini bukan saja dikunjungi penduduk domestik, melainkan berbagai daerah di Indonesia, hingga wisatawan mancanegara. Mulai pagi, siang, hingga sore hari pantai ini dipadati pengunjung.
Kawasan wisata bahari ini juga ideal untuk kegiatan selam dan cuise. Bagi penyelam, Anda dapat melihat terumbu karang yang indah tak jauh dari bibir pantai. Panorama bawah laut begitu menarik.
Menurut Rio, sapaan mahasiswa Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Luwuk ini, selain Pantai Kilo 5, destinasi lainnya di Kota Luwuk, adalah bukit kasih sayang. Di bukit ini, berjejer café. Disini anda dapat melihat keindahan Kota Luwuk dari berbagai sudut. Di malam hari, gemerlap lampu ikut menambah keindahan kota.
Obyek wisata lainnya misalnya, Pulau Dua di Desa Kampangar, Kecamatan Balantak Utara. Selain lautnya yang indah, pulau dengan jarak 150 km dari Kota Luwuk ini juga memiliki rimbunan flora endemik dan gugusan bukit, serta batu karang menjulang tinggi membelah laut. Disekitaran pulau ini terdapat suku Balantak.
Di Kecamatan ini pula terdapat danau Tower. Awalnya, danau ini kering dimusim kemarau. Namun belakangan, menjadi danau bercampur air tawar-air laut. Ada pula agro wisata Salodik di Desa Salodik Kecamatan Luuwuk Utara. Penduduknya mayoritas suku Saluan yang berjarak 27 km dari Luwuk. Sedangkan penangkaran burung Maleo adalah harta karun alami bagi Sulawesi dan dunia. Agar Maleo tidak punah masyarakat setempat bertekad melindunginya ditempat bertelur komunal dekat Desa Taima.
Luwuk sendiri berjarak sekitar 607 km dari Kota Palu, ibukota Sulawesi Tengah. Kota ini terletak di pesisir Selat Pelang, merupakan ibu kota Kabupaten Banggai. Secara etimologi, Luwuk berasal dari kata Luwok atau Huk. Artinya, teluk. Sebelumnya, kota ini merupakan pelabuhan masyarakat Keleke, Asama Jawa, Soho, serta Dongkalan.
Masuknya pemerintahan Jepang tahun 1942, Luwuk menjadi kota pemerintahan Jepang dengan nama Bunken Kanrikan. Pada tahun 1943 Jepang memerintahkan raja Banggai terakhir H.Sjokuran Aminuddin Amir memindahkan Ibu Kota Kerajaan Banggai di Luwuk, dengan pangkat suco (raja) Banggai. Pada tahun 1952, Pemerintahan RI menetapkan Luwuk sebagai Ibu Kota Kepala Pemerintahan Negeri (KPN) Swapraja Banggai. Dan pada 4 Juli 1952 Kota Luwuk ditetapkan sebagai Ibu Kota Kabupaten Banggai.
Di kota ini terdapat sejumlah perguruan tinggi. Universitas Muhammadiyah, Universitas Tompotika Luwuk, Akademi Keperawatan, dan Amik Nurmal. (din pattisahusiwa)