Sebagai salah satu kota yang dilewati jalur Anyer-Panarukan, Cianjur merupakan kota bersejarah yang memiliki pesona tersendiri. Daerah ini juga terkenal lewat musik tradisional menggunakan kecapi dan seruling yang dinamai gending Cianjuran. Tapi ternyata kota kecil ini juga memiliki sejumlah sentra produksi industri rumahan, salah satunya produk sangkar burung. Bisa dibilang sentra ini menjadi pemasok utama sangkar burung di seluruh pulau Jawa, bahkan Sumatera. Sentra ini berada di Desa Sindangasih, Kecamatan Karang Tengah, Kabupaten Cianjur.

Di desa ini setidaknya terdapat empat kelompok perajin sangkar burung yang diketuai Edy, Ache, Burhan, dan Nining. Ada ratusan perajin yang tergabung dalam kelompok tersebut. Para ketua kelompok bertugas melakukan koordinasi pengerjaan sangkar burung di antara perajin yang tersebar di rumah masing-masing.

Zaenudin, salah satu perajin sangkar burung yang cukup senior di sentra ini mengemukakan, warga Desa Sindangasih mulai membuat sangkar burung sejak tahun 1990-an. Waktu itu ketua kelompok perajin yang bernama Edy merelokasi usahanya dari Kota Cianjur ke Desa Sindangasih. Edy lantas mengajak dan mengajari warga Kampung Kabandungan untuk bekerja di tempatnya.

Lama kelamaan, semakin banyak warga yang diajak. Alhasil tak hanya warga Kampung Kabandungan saja yang terlibat, tapi dari seluruh penjuru Desa Sindangasih.

Nining, salah satu ketua kelompok menuturkan, dalam sehari, kelompoknya bisa menghasilkan sangkar jadi sekitar 150 unit hingga 200 unit sangkar. Harganya sesuai dengan keindahan dan ukuran sangkar.

Ada beberapa jenis sangkar yang diproduksi. Perbedaan jenis sangkar terletak dari motif mahkota dan cat finishing yang digunakan diantaranya sangkar mini, sangkar polos, metalik lukis, kereta kencana, mahkota ukir biasa, mahkota ukir super, kerang batik, dan barong.

Sangkar jenis barong dihargai paling murah, yaitu Rp40.000 per unit. Sedangkan yang paling mahal adalah mahkota ukir, sekitar Rp140.000 per unit. Alasannya karena mahkota ukir memiliki tingkat kerumitan pengerjaan paling tinggi.

Sangkar burung produksi warga Desa Sindangasih memiliki nilai estetika. Maka burung-burung kelas atas saja yang biasa menggunakan, seperti burung perkutut atau burung ocehan lainnya. Ada pula pembeli yang memanfaatkan sebagai wadah parsel. Nining mengaku, kelompoknya bisa meraup omzet Rp400 juta per bulan.

Setelah sangkar siap dijual, setiap ketua kelompok menjualnya ke agen-agen di pelabuhan untuk disebar ke berbagai kota tujuan penjualan di Jawa dan Sumatra.

Desa Sindangasih, Kecamatan Karang Tengah, Kabupaten Cianjur tidak pernah sepi dari aktivitas pembuatan sangkar burung. Dari pagi bahkan hingga malam hari, pasti ada saja warga yang sibuk mengerjakan pembuatan kandang burung.

Di desa ini ada empat kelompok perajin sangkar burung. Dengan melibatkan banyak tenaga perajin, masing-masing kelompok bisa mengerjakan 200 sangkar burung per hari.

Jadi, jika dihitung-hitung paling sedikit mereka bisa memproduksi 800 sangkar burung setiap harinya. Dengan skala produksi yang lumayan besar, penjualan sangkar burung buatan warga desa ini telah dipasarkan ke berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Untuk membuat sangkar burung, bahan baku yang dibutuhkan terdiri bambu, rotan, cat, dan dempul. Bahan baku itu mereka datangkan langsung dari pusat produksinya. Misalnya dempul diperoleh langsung dari pabrik dempul di Padalarang. Sementara rotannya mereka datangkan dari pemilik perkebunan di daerah Cirebon.  Catnya dibeli dari pabrik langsung.

Warga desa ini memprdouksi beberapa jenis sangkar burung. Di antaranya ada sangkar mini, sangkar polos, metalik lukis, kereta kencana, mahkota ukir biasa, mahkota ukir super, kerang batik, dan barong. sangkar-sangkar tersebut dibuat dalam beberapa motif mahkota dengan warna cat finishing yang berbeda-beda.

Pembuatan satu kandang burung ini bisa melibatkan beberapa orang yang memiliki spesialiasi berbeda-beda. Sistem pengupahannya juga ditentukan jumlah barang yang bisa dihasilkan. Selain itu, besaran upahnya juga berbeda-beda.

Untuk pembuat rangka upahnya Rp5.000 per rangka, finishing mendapat Rp3.500 per kandang, dan yang melukis mendapat upah Rp1.000 hingga Rp4.000 per jenis goresan, karena untuk menjadi satu lukisan terdiri dari beberapa jenis goresan.

Maka, pendapatan yang diperoleh masing-masing perajin bisa berbeda tergantung kemauan. Jika dirata-rata upah yang dikantongi normalnya Rp 1,5 juta hingga Rp 3 juta per bulan. Namun dari seluruh proses pengerjaan, orang yang memiliki kemampuan melukis yang bisa mengantongi pendapatan paling tinggi.

Menurut Zaenudin, seorang pelukis burung,  dalam melakukan masing-masing proses pengerjaan sangkar burung, perajin tidak berkumpul dalam satu tempat. Mereka mengerjakan di rumah masing-masing. Terutama yang ibu-ibu, mereka biasanya mengerjakan dari rumah masing-masing karena harus mengurus anak juga.

Sentra pembuatan sangkar burung di Desa Sindangasih, Kecamatan Karang Tengah, Kabupaten Cianjur sudah lumayan kesohor. Sentra ini bahkan menjadi pemasok utama sangkar burung di seluruh Pulau Jawa hingga Sumatera.

Para perajin nampak masih sibuk dengan bilah-bilah bambu dan kayu untuk dirangkai menjadi sangkar burung. Sore itu kebetulan cuaca agak gerimis. Maklumlah, saat ini sebagian wilayah Indonesia masih kerap dilanda hujan. Bagi para perajin sangkar burung, hujan menjadi salah satu kendala yang menghambat aktivitas mereka dalam membuat sangkar burung.

Pasalnya, sangkar burung yang sudah dicat harus dijemur di bawah terik matahari. Alhasil, jika musim hujan tiba, omzet para perajin sangkar burung pun menurun. Kalau biasanya bisa bikin jadi sampai 250 per hari, di musim penghujan menurun menjadi 200.

Penurunan omzet memang bisa dibilang sedikit karena sebenarnya proses pembuatan sangkar burung tidak hanya sehari. Untuk satu sangkar yang sama proses pembuatannya mungkin sekitar lima hari.

Menurut Nining, salah satu ketua kelompok perajin di Desa Sindangasih, penjualan sangkar burung sempat menurun cukup banyak lantaran merebaknya kasus flu burung. “Ya cukup mengurangi omzet. Tapi untunglah itu tidak terjadi lama dan warga bisa kembali mendapat penghasilan seperti biasanya,” tutur Nining.Pemasaran produk sangkar burung dari desa ini memang sudah bisa dibilang cukup luas, yaitu mencakup kota-kota di pulau Jawa dan Sumatera.

Desa ini letaknya tidak jauh dari Kota Cianjur. Jika menggunakan kendaraan pribadi, Anda akan melewati jalur lingkar timur yang biasa dipilih untuk menuju Bandung. Jika sudah berada di jalur penghubung Puncak-Cianjur-Bandung, tak sulit menemukan papan petunjuk jalan menuju Karang Tengah. Dari jalan lingkar timur ini, Desa Sendangasih berjarak sekitar 7 kilometer. (*)

CREATOR: gd-jpeg v1.0 (using IJG JPEG v62), quality = 100
CREATOR: gd-jpeg v1.0 (using IJG JPEG v62), quality = 100

sumber: konol

BAGIKAN
Berita sebelumyaLahan Pasir Miskin Unsur Hara, Tapi Efektif
Berita berikutnyaModal Rp10 Juta, Bisnis Sepatu Eigar Tembus Mancanegara
Wartawan kriminal dan politik harian Pedoman Rakyat Ujungpandang dan sejumlah harian di Kota Daeng Makassar, seperti Ujungpandang Ekspres (grup Fajar) dan Tempo. Saat ini menjadi pemimpin umum, pemimpin perusahaan, dan penanggungjawab majalah Inspirasi dan Website Inspirasimakassar.com. Sarjana pertanian yang juga Ketua Umum Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIP) Al-Gazali--kini Universitas Islam Makassar ini menyelesaikan pendidikan SD di tanah kelahirannya Siri Sori Islam Saparua, SMP Negeri 2 Ambon, dan SPP-SPMA Negeri Ambon. Aktif di sejumlah organisasi baik intra maupun ekstra kampus. Di organisasi kedaerahan, bungsu dari tujuh bersaudara pasangan H Yahya Pattisahusiwa dan Hj.Saadia Tuhepaly ini beristrikan Ama Kaplale,SPT,MM dan memiliki dua orang anak masing-masing Syasa Diarani Yahma Pattisahusiwa dan Muh Fauzan Fahriyah Pattisahusiwa. Pernah diamanahkan sebagai Ketua Ikatan Pemuda Pelajar Siri Sori Islam (IPPSSI) Makassar. Kini, Humas Kerukunan Warga Islam Maluku (KWIM) Pusat Makassar dan Wakil Sekjen Kerukunan Keluarga Maluku (KKM) Makassar.

TINGGALKAN PESAN

Please enter your comment!
Please enter your name here